Minggu, 10 April 2011

arsitektur rumah betawi (tulisan 11)

Arsitektur Rumah Betawi


“MASYARAKAT Betawi tergolong masyarakat rawa. Itu sebabnya mereka mengenal model rumah panggung,” kata Ridwan Saidi, tokoh Betawi yang sedang menyiapkan peluncuran buku riset sejarah garapannya: Babad Tanah Betawi.

Namun, Ketua Tim Pengelola Perkampungan Budaya Betawi (PPBB) Agus Asenie Dipl Ing, praktisi arsitektur berpendapat, masyarakat Betawi sebenarnya tinggal di habitat yang beragam, sejak pesisir hingga pedalaman. Bahkan, sekarang juga tinggal di wilayah urban padat penduduk di tengah Kota Jakarta.

“Sehingga rumah panggung bukan satu-satunya sistem rumah tradisionilnya. Arsitektur rumah Betawi juga mengenal rumah darat. Jadi memang ada variasi pola arsitektur rumah sesuai dengan rentang sebaran komunitas Betawi dari pesisir yang mencari nafkah sebagai nelayan hingga pedalaman yang bercocok tanam padi sawah,” kata Agus, putra Betawi juga, asal Slipi.

Dua tahun terakhir Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI melalui Tim Pengelola Perkampungan Budaya Betawi yang dipimpin Agus Asenie melaksanakan proyek pemugaran sebuah rumah tradisional dan pembuatan rumah baru berarsitektur tradisional Betawi di kampung Setu Babakan, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Ini satu bagian kecil saja dari rencana proyek berjangka multi tahun di atas lahan 165 Ha, yang tidak saja bertujuan mengkonservasi arsitektur tradisional Betawi di kawasan itu, tapi juga berusaha membuat daerah tujuan wisata baru di selatan Jakarta. Lokasinya ideal karena adanya Danau Setu Babakan, berudara sejuk (24-26 derajad Celsius), berkontur (naik turun), dan sudah dihuni oleh komunitas Betawi yang masih lumayan mengukuhi adatnya.

Setiap Sabtu dan Minggu, di panggung berarsitektur Betawi yang dibikin oleh Tim PPBB sudah rutin berlangsung atraksi wisata seperti tari ondel-ondel juga upacara adat seperti perkawinan dan khitanan, yang sudah mulai dikunjungi turis manca negara. Tahun lalu jumlah pengunjung sudah mencapai 10.000 orang, dengan salah satu daya tarik utama sebuah situs rumah tradisional Betawi yang dipugar PPBB milik warga setempat bernama Pak Samin Jebul (60).

MENURUT hitungan kasar Ridwan Saidi, saat ini ada tak kurang dari 3.000 rumah berarsitektur tradisional Betawi di kawasan hunian komunitas Betawi, sejak kawasan Pulau Seribu di utara, hingga Cileungsi di selatan, sejak Balaraja (Tangerang) di barat sampai Cikarang (Bekasi) di timur.

Sebegitu jauh, baik Ridwan Saidi maupun Agus Asenie mengutarakan, belum ada sumber sekunder yang berasal dari kalangan akademik tentang arsitektur rumah Betawi. Tidak ada primbon atau pustaka klasik yang berisi kodifikasi arsitektur Betawi, sehingga Ridwan mengaku harus meraba sendiri ciri khas arsitektur rumah Betawi ini ketika meneliti, seraya dibandingkan dengan arsitektur rumah tradisional suku lain. Misalnya, bahwa masyarakat Betawi tidak mengenal fengshui, hukum arah angin sebagaimana masyarakat Tionghoa.

“Betawi pada awalnya adalah masyarakat river basin. Mereka membangun masyarakat
berkelompok sepanjang sungai-sungai di kawasan ini. Ada belasan sungai besar di kawasan ini. Pintu depan rumah menghadap ke arah sungai. Akibatnya, setelah perlahan-lahan rumah Betawi masuk ke pedalaman, arah hadap rumah Betawi tidak teratur seperti rumah di Jawa yang berjajar menghadap jalan. Tetapi, sisa-sisa budaya DAS-nya masih tertinggal, biasanya dalam bentuk adanya sumur gali di depan rumah. Anda ingat Mandra atau Basuki di serial Si Doel kalau mandi di sumur di depan rumah mereka,” katanya.

Sekarang ini, terkena budaya kontemporer yang membataskan jumlah lahan yang kian
menuntut pola arsitektur compact (ringkas), kata Agus, sumur depan rumah sudah kian hilang. Digantikan pompa-pompa listrik yang dipasang di belakang rumah. Pada dasarnya ada tiga zoning di rumah tradisional Betawi, kata Ridwan Saidi. Kurang lebih mengikuti hukum arsitektur modern juga, kawasan publik (ruang tamu), kawasan privat (ruang tengah dan kamar) dan kawasan servis (dapur), tambah Agus. Dalam bahasa Betawi, kawasan publik yang berupa ruang tanpa dinding ini kawasan amben, disusul ruang tengah yang didalamnya ada kamar yakni wilayah pangkeng. Paling belakang adalah dapur atau srondoyan.

Masing-masing kawasan ini bisa merupakan bangunan sendiri, dengan pola atap sendiri. Bisa pula satu rumah utuh dengan sebuah saja pola atap, yang terbagi dalam tiga zona tadi. Variasi ini ditentukan status sosial ekonomi penghuninya. Jika setiap zona punya satu pola atap, masing-masing bisa berupa salah satu dari model atap pelana (segitiga sama sisi), atau limas dengan dua kali “terjunan” air hujan yang sudutnya berbeda. Atau lagi kombinasi dari kedua sistem atap ini.

Pilihan pola atap menurut Ridwan Saidi, tampaknya tidak terlalu menjadi tuntutan dalam arsitektur tradisional Betawi. Tidak seperti di Jawa yang sampai perlu ada selamatan khusus untuk itu. Bagi komunitas Betawi yang penting justru pembangunan pondasi rumah. Itu sebabnya, mereka mengenal selamatan “sedekah rata bumi". Hanya saja, sambung Ridwan, selamatan ini dilakukan sesaat setelah kuda-kuda atap rumah sudah sempurna berdiri.

RIDWAN mencatat ada sebuah sudut penting, bahkan sakral dalam arsitektur Betawi.
Yakni, konstruksi tangga, yang diistilahkan balaksuji. Sayangnya ini agak sulit ditemukan di rumah Betawi bukan panggung. Balaksuji adalah konstruksi tangga di rumah panggung Betawi. Rumah darat kadang-kadang juga punya, jika lantaran “kultur rumah panggung", membuat pemilik rumah sengaja meninggikan lantai rumahnya dari permukaan tanah sekitar. Pada kasus demikian pemilik rumah juga membuat balaksuji, tangga menuju rumah.

Tak ada konfirmasi literer soal ini. Hanya saja Ridwan menjelaskan, inilah (boleh jadi) arti harafiah dari istilah “rumah tangga” yang dikenal selama ini.

“Sebuah keluarga yang utuh tinggal di rumah yang ada tangganya. Makanya, bernama rumah tangga. Tangga balaksuji ini bagian rumah yang sarat nilai filosofi. Bisa disamakan dengan tangga spiritual dalam tradisi Betawi. Mungkin bisa diidentikkan dengan prinsip tangga dalam arsitektur kebudayaan lain, seperti Borobudur, atau suku kuno Inca. Bahwa memasuki rumah lewat tangga adalah proses menuju kesucian. Idealnya jika ada sumur di depan rumah, siapa pun yang hendak masuk rumah harus membasuh kakinya dulu, baru naik tangga, sehingga masuk rumah dalam keadaan bersih. Ini memang bukan soal fungsi, tapi perlambang,” katanya.

Di rumah modern yang dihuni masyarakat Betawi sekarang, banyak hal sudah hilang, termasuk tangga balaksuji ini. Hanya saja, kata Ridwan, di sejumlah kampung balaksuji dipertahankan, atau pindah lokasi. Tangga ini tidak ada di rumah penduduk, tapi ada di masjid kampung. Balaksuji dipasang di tempat khotib berkhotbah. Tangga ini menjadi tangga menuju mimbar. Kesuciannya dipertahankan di rumah ibadah.

arsitektur bali (tulisan 10)

kosala kosali

sejak kapan sebenarnya panduan arsitektur kosala-kosali mulai dipakai di BAli? Tidak satu sumberpun ada menyebutkan dengan gamblang masa permulaan dipergunakannya asta kosala-kosali di BAli. kalo menilik sejarah, kemungkinan besar, kosala-kosali dipergunakan setelah datangnya gelombang pendatang dari jawa secar besar-besaran ke Bali. dimulai pada permulaan abad ke 14 dan kemudian kedatangan atau eksodus secara besar-besaran sekitar abad 16- abad 17. Sebelum kosala-kosali, pandua ber arsiektur di bali kemungkinan telah ada, hanya saja berkembang secara lisan dan bukan dalam bahasa tulisan. hal ini dapat disimpulkan bahwa permukiman di Bali sebelum era majapahit telah menunjukkan pola-pola keteraturan.
Apakah teks kosala-kosali merupakan teks saduran? pertanyaan inipun sulit untuk dicari jawabannya. Kebudayaan Bali termasuk arsitektur telah mengalami perjalanan yang sangat anjang. berbagai pengaruh dan ciri dapat dilihat namun tidak satupun menampilkan bentuknya yang utuh seperti asliya. semua mengalami akulturasi dan penyesuaian. melihat bangunan di Bali, meskipun teksnya berasal dari Jawa, dapatdisaksikan berbagai pengaruh. pengauh Jawa sendiri tidak begitu kentara, justru pola asli Bali lebih terlihat dominan meskipun sumber teksnya berasal dari Jawa.
Teks kosala-kosali tidak terlepas dari nuansa politis, hal ini terlihat dari adanya penggolongan permukiman untuk orang dengan kedudukan brahmana, ksatrya, waisya dan sudra. penggolongan ini tidak ditemukan di dalam pola permukiman sebelum era majapahit. Penggolongan ini nampaknya meniru pola-pola sosial kemasyarakatan di Jawa. Sebelum adanya penggolongan, bentuk rumah dan tempat tingal di Bali dalam satu lingkungan permukiman nyaris sama persis, teruama bahan dan sistm strukturnya. hanya ukuran yang membedakan karena ukuan dibuat sesuai dengan ukuran fisik pemiliknya.

Wednesday, May 23, 2007


pura


pura kereban langit sekitar 15 km dari kota denpasar. konon pura ini sudah ada semenjak sebelum raja masula-masuli memerintah di bali. saat ini dikenal sebagai lokasi untuk melakukan meditasi.

Tuesday, May 22, 2007


bale kulkul

bale kulkul br abian kapas kaja. dengan tampilan yang langsing menggunakan bahan batu bata merah (bata perihpihan). pengaruh china tampak pada penggunaan piring sebagai ornamen pada beberapa bagian. ornamentasi khas denpasar menggunakan pola tata hias berukuran besar. beberapa bale kulkul lain menampilkan langgam gaya dan bahan yang khas tersebar di seluruh bagian kota.

pura maospahit

saat ini saya bersama beberapa mahasiswa di universitas warmadewa sedang melakukan peneltian tentang bangunan bersejarah di kota denpasar. pura yang sudah didokumentasi adalah pura maospahit di br. gerenceng. foto di atas adalah kori atau pintu masuk ke halaman utama pura. yang di sebelah kiri adalah gambar lay out hasil pengukuran. pura ini salah satu pura yang tertua yang ada di denpasar. konon sudah ada jauh sebelum kerajaan denpasar berdiri. mengenai namanya, belum banyak diketahui asal usulnya. di denpasar sendiri setidaknya terdapat tiga pura yang mamakai nama pura maospahit. satu di gerenceng, satu di tonja, dan satunya di jematang.













pura maospahit tonja menunjukkan karakter yang berbeda. terdiri atas dua prasada berbentuk candi. secara siluet, tampak seperti bangunan meru, akan tetapi tersusun atas pasangan batu bata.

pura dan bangunan bersejarah lainnya akan segera menyusul. pendataan pura maospahit sudah menyelesaikan tahap pengukuran dan penggambaran lay out. gambar-gambar tampak bangunan cukup sulit untuk digambar ulang karena keterbatasan alat. rencananya hasil penelitian ini akan dikompilasikan ke dalam satu laporan, tapi belum ketemu formatnya

Pura Goa Lawah

Pura Goa Lawah, sekitar 55 kilometer timur Denpasar ketika belum dipugar. Kini Pura Goa Lawah sudah selesai dipugar dan dalam persiapan upacara besar.

peran arsitek saat ini (tulisan 9)

Peran arsitek saat ini adalah Profesi sebagai arsitek semakin mendapat tempat di dunia properti Indonesia. Masyarakat umum semakin menyadari peran seorang arsitek dalam menciptakan produk arsitektur yang bermutu. Produk arsitektur yang banyak melibatkan kerja arsitek misalnya perumahan, gedung perkantoran, dan bangunan umum. Saat ini semakin banyak bangunan yang arsitekturnya sederhana namun mampu menampilkan unsur estetika di samping unsur fungsionalnya.

arsitekKeadaan masyarakat sebagai konsumen produk arsitektur yang semakin sadar akan pentingnya harmonisasi desain, tentu menjadi suatu kabar gembira bagi kalangan arsitek. Kinerja para arsitek mulai terlihat dan diakui oleh masyarakat luas.

Ketua IAI Jakarta, Her Pramtama mengakui bahwa profesi arsitek dahulu kurang dikenal di masyarakat. Hal inilah yang kemudian membuat para arsitek kesulitan untuk mendedikasikan profesi mereka.

Pria lulusan Universitas Trisakti ini mengatakan bahwa profesi arsitek adalah produk pendidikan dan ilmu pengetahuan yang berguna bagi masyarakat
luas. Mereka berperan besar dalam hal aplikasi bangun ruang. Namun tak sampai di situ, selebihnya arsitek harus mampu mendekatkan diri dengan masyarakat, melalui karya mereka ataupun dengan memberikan layanan jasa yang berkualitas.

Saat ini, arsitek memang telah memiliki posisi tawar yang juga cukup besar dalam pemerintahan dan tata ruang perkotaan. Melalui lembaganya IAI, Her dan kalangan arsitek profesional lain sempat mengkritisi rencana pembangunan gedung baru di komplek DPR. Menurutnya, pembanguanan gedung rakyat perlu dilakukan dengan transparansi. Masyarakat harus mengetahui rencana tersebut, termasuk hitung-hitungan dana Rp1,8 triliun yang dikeluarkan untuk pembangunan gedung tersebut. IAI Jakarta pun mengirimkan surat resmi ke Badan Urusan Rumah Tangga DPR mengenai masalah ini. Dengan demikian arsitek pun berperan dalam menjembatani masyarakat dengan pemerintah dalam hal kebutuhan akan pembangunan.

Pemerintah dan masyarakat memang perlu mengubah pemahaman mereka mengenai fungsi keberadaan arsitek. Selama ini ada paradigma yang menganggap bahwa arsitek itu profesi yang eksklusif dan jasanya mahal. Tanpa harus menurunkan harga jual, para arsitek sekarang diharapkan mampu memberikan terobosan-terobosan dan rekomendasi kreatif terhadap para kliennya. Selain itu para arsitek juga diharapkan dapat meningkatkan perannya dalam memperindah kota, misalnya dengan cara bekerja sama dengan kalangan pemerintah.

arsitektur dan peran arsitek (tulisan 8)

Dunia Desain dan Arsitektur saat ini telah berkembang dengan sangat pesat mengikuti perkembangan kehidupan manusia itu sendiri. Bahkan, issue-issue terbaru pun sangat berperan dalam proses desain dan arsitektur saat ini. Global Warming salah satunya, menyumbang wacana perkembangan desain dan arsitektur hingga pada akhirnya hasil dari desain dan arsitektur itu menjadi sangat responsif terhadap perubahan alam. Prinsip dasar arsitektur itu sendiri adalah menciptakan wadah aktifitas dan ruang gerak manusia. Oleh sebab itu desain, khususnya desain arsitektur menjadi sangat dinamis. Perkembangan media juga sangat membantu membuka mata dan telinga orang-orang diseluruh dunia akan perkembangan desain arsitektur. Masyarakat awam sudah mulai terpelajar, minimal mengetahui prinsip-prinsip dasar yang ada dalam bidang arsitektur.
Bagaimana dengan di Indonesia? Indonesia saat ini tidak tertinggal dalam proses perkembangan arsitektur dunia. Biarpun berjalan tidak terlalu cepat (karena tertinggal dengan negara tetangga terdekat), arsitektur di Indonesia masih cukup progresif. Berlatar belakang kekayaan suku bangsa, adat dan kebiasaan yang ada membuat arsitektur indonesia punya potensi yang sangat unik. Namun amat disayangkan saat ini arsitektur indonesia malah berkembang kearah modern. Apakah salah? TIDAK, akan tetapi terlalu banyak arsitek Indonesia yang sangat berorientasi ke luar (mungkin karena desain yang ada di Barat sana mencerminkan kemajuan) tapi mereka melupakan adanya iklim yang berbeda, latar belakang yang berbeda dan kebiasaan yang berbeda antara manusia Indonesia dengan bangsa Barat.
Beberapa nama besar atau beranjak besar sudah dilahirkan dari Dunia Arsitektur Indonesia. Mereka yang memiliki nama besar dan track record yang sudah dikenal luas di masyarakat, baik dalam maupun luar negeri. Mengapa mereka bisa seperti itu? Mereka memiliki kualitas yang membuat mereka berbeda, kualitas yang tidak melupakan prinsip dasar arsitektur dan penerapan desain yang sangat kontekstual, terutama dengan ‘apa-yang-ada-di’ Indonesia.
Apa peran arsitek? Sangat besar, arsitek menjadi ujung tombak untuk perkembangan desain arsitektur yang terjadi. Arsitek menjadi pelaku sekaligus motor untuk perkembangan dari proses mewadahi aktifitas manusia yang ada. Oleh karena itu peran arsitek tidak bisa dipandang sebelah mata atau dikerjakan dengan asal-asalan. Seorang arsitek membutuhkan integritas, profesionalisme dan very intimate attachment dengan proyeknya atau bahkan klien yang diwakilinya (tentunya kedekatan disini bermakna positif & konstruktif). Seorang klien yang memakai jasa seorang arsitek diibaratkan menjahit baju di seorang perancang busana, bukan menjahit di sembarang penjahit di pinggir jalan. Mengapa? Karena bisa dipastikan hasil yang diberikan seorang arsitek akan sangat fit dengan kebutuhan dan personifikasi klien tersebut. Bahkan added valuenya adalah bisa dipastikan hasilnya merupakan sebuah karya yang berbeda, yang sangat personal, bisa dipertanggungjawabkan bahkan seperti ada tandatangan arsitek tersebut dalam setiap hasil desainnya.
Nanti jadinya Mahal?! Mahal adalah relatif seperti juga murah, baikburuk, atau cantik-jelek. Ketika kita ingin mempunyai sebuah rumah impian, kita tidak akan mempercayakan pengerjaannya kepada sembarang orang bukan? Rumah yang nantinya akan dibangun dari uang yang dikumpulkan dari hasil kerja keras siang-malam selama bertahun-tahun, akan menjadi tempat yang sangat pribadi, yang mencerminkan pencapaian kita, sangat fit dengan kebutuhan dan kepribadian kita,  karenanya tidak mungkin akan kita serahkan pada sembarang orang. Seorang arsitek harus dapat mempertanggungjawabkan pekerjaannya, it’s worth the money you spent. Arsitek bekerja berdasarkan kode etik profesi yang didalamnya juga mengandung pertanggungjawaban kepada Tuhan YME, masyarakat, alam dan lingkungan, profesi dan rekan sejawat dan kepada klien itu sendiri. Jadi hasilnya sangat bisa di pertanggungjawabkan, baik di dunia dan (Insya Allah) akhirat.
Jadi jangan tunggu lebih lama untuk menghubungi seorang arsitek yang anda kenal untuk mewujudkan impian-impian anda.

arsitektur tropis (tulisan 7)

Salah satu alasan mengapa manusia membuat bangunan adalah karena kondisi alam iklim tempat manusia berada tidak selalu baik menunjang aktivitas yang dilakukannya. Aktivitas manusia yang bervariasi memerlukan kondisi iklim sekitar tertentu yang bervariasi pula. Untuk melangsungkan aktivitas kantor, misalnya, diperlukan ruang dengan kondisi visual yang baik dengan intensitas cahaya yang cukup; kondisi termis yang mendukung dengan suhu udara pada rentang-nyaman tertentu; dan kondisi audial dengan intensitas gangguan bunyi rendah yang tidak mengganggu pengguna bangunan.
Karena cukup banyak aktivitas manusia yang tidak dapat diselenggarakan akibat ketidaksesuaian kondisi iklim luar, manusia membuat bangunan. Dengan bangunan, diharapkan iklim luar yang tidak menunjang aktivitas manusia dapat dimodifikasidiubah menjadi iklim dalam (bangunan) yang lebih sesuai.
Usaha manusia untuk mengubah kondisi iklim luar yang tidak sesuai menjadi iklim dalam (bangunan) yang sesuai seringkali tidak seluruhnya tercapai. Dalam banyak kasus, manusia di daerah tropis seringkali gagal menciptakan kondisi termis yang nyaman di dalam bangunan. Ketika berada di dalam bangunan, pengguna bangunan justru seringkali merasakan udara ruang yang panas, sehingga kerap mereka lebih memilih berada di luar bangunan.


Pada saat arsitek melakukan tindakan untuk menanggulangi persoalan iklim dalam bangunan yang dirancangnya, ia secara benar mengartikan bahwa bangunan adalah alat untuk memodifikasi iklim. Iklim luar yang tidak sesuai dengan tuntutan penyelenggaraan aktivitas manusia dicoba untuk diubah menjadi iklim dalam (bangunan) yang sesuai. Para arsitek yang kebetulan hidup, belajar dan berprofesi di negara beriklim sub-tropis, secara sadar atau tidakatau karena aturan membangun setempatkerap melakukan tindakan yang benar. Karya arsitektur yang mereka rancang selalu didasari pertimbangan untuk memecahkan permasalahan iklim setempat yang bersuhu rendah. Bangunan dibuat dengan dinding rangkap yang tebal, dengan penambahan bahan isolasi panas di antara kedua lapisan dinding sehingga panas di dalam bangunan tidak mudah dirambatkan ke udara luar.
Meskipun mereka melakukan tindakan perancangan guna mengatasi iklim sub-tropis setempat, karya mereka tidak pernah disebut sebagai karya arsitektur sub-tropis, melainkan sebagai arsitektur Victorian, Georgian dan Tudor; sementara sebagian karya yang lain diklasifikasikan sebagai arsitektur modern (modern architecture), arsitektur pasca-modern (post-modern architecture), arsitektur modern baru (new modern architecture), arsitektur teknologi tinggi (high-tech architecture), dan arsitektur dekon
struksi (deconstruction architecture).

Di sini terlihat bahwa arsitektur yang dirancang guna mengatasi masalah iklim setempat tidak selalu diberi sebutan arsitektur iklim tersebut, karena pemecahan problematik iklim merupakan suatu tuntutan mendasar yang 'wajib' dipenuhi oleh suatu karya arsitektur di manapun dia dibangun. Sebutan tertentu pada suatu karya arsitektur hanya diberikan terhadap ciri tertentu karya tersebut yang kehadirannya 'tidak wajib', serta yang kemudian memberi warna atau corak pada arsitektur tersebut. Sebut saja arsitektur yang 'bersih' tanpa embel-embel dekorasi, yang bentuknya tercipta akibat fungsi (form follows function) disebut arsitektur modern. Arsitektur dengan penyelesaian estetika tertentuyang antara lain menyangkut bentuk, ritme dan aksentuasidiklasifikasikan (terutama oleh Charles Jencks) ke dalam berbagai nama, seperti halnya arsitektur pasca-modern, modern baru dan dekonstruksi. Semua karya arsitektur tersebut tidak pernah diberi julukan 'arsitektur sub-tropis' meskipun karya tersebut dirancang di daerah iklim sub-tropis guna mengantisipasi masalah iklim tersebut.

Kemudian mengapa muncul sebutan arsitektur tropis? Seolah-olah jenis arsitektur ini sepadan dengan julukan bagi arsitektur modern, modern baru dan dekonstruksi. Jenis yang disebut belakangan lebih mengarah pada pemecahan estetika seperti bentuk, ritme dan hirarki ruang. Sementara arsitektur tropis, sebagaimana arsitektur sub-tropis, adalah karya arsitektur yang mencoba memecahkan problematik iklim setempat.
Bagaimana problematik iklim tropis tersebut dipecahkan secara desain atau rancangan arsitektur? Jawabannya dapat seribu satu macam. Seperti halnya yang terjadi pada arsitektur sub-tropis, arsitek dapat menjawab dengan warna pasca-modern, dekonstruksi ataupun High-Tech, sehingga pemahaman tentang arsitektur tropis yang selalu beratap lebar ataupun berteras menjadi tidak mutlak lagi. Yang penting apakah rancangan tersebut sanggup mengatasi problematik iklim tropishujan deras, terik radiasi matahari, suhu udara yang relatif tinggi, kelembapan yang tinggi (untuk tropis basah) ataupun kecepatan angin yang relatif rendahsehingga manusia yang semula tidak nyaman berada di alam terbuka, menjadi nyaman ketika berada di dalam bangunan tropis itu. Bangunan dengan atap lebar mungkin hanya mampu mencegah air hujan untuk tidak masuk bangunan, namun belum tentu mampu menurunkan suhu udara yang tinggi dalam bangunan tanpa disertai pemecahan rancangan lain yang tepat.

Dengan pemahaman semacam ini, kemungkinan bentuk arsitektur tropis, sebagaimana arsitektur sub-tropis, menjadi sangat terbuka. Ia dapat bercorak atau berwarna apa saja sepanjang bangunan tersebut dapat mengubah kondisi iklim luar yang tidak nyaman, menjadi kondisi yang nyaman bagi manusia yang berada di dalam bangunan itu. Dengan pemahaman semacam ini pula, kriteria arsitektur tropis tidak perlu lagi hanya dilihat dari sekedar 'bentuk' atau estetika bangunan beserta elemen-elemennya, namun lebih kepada kualitas fisik ruang yang ada di dalamnya: suhu ruang rendah, kelembapan relatif tidak terlalu tinggi, pencahayaan alam cukup, pergerakan udara (angin) memadai, terhindar dari hujan, dan terhindar dari terik matahari. Penilaian terhadap baik atau buruknya sebuah karya arsitektur tropis harus diukur secara kuantitatif menurut kriteria-kriteria fluktuasi suhu ruang (dalam unit derajat Celcius); fluktuasi kelembapan (dalam unit persen); intensitas cahaya (dalam unit lux); aliran atau kecepatan udara (dalam unit meter per detik); adakah air hujan masuk bangunan; serta adakah terik matahari mengganggu penghuni dalam bangunan. Dalam bangunan yang dirancang menurut kriteria seperti ini, pengguna bangunan dapat merasakan kondisi yang lebih nyaman dibanding ketika mereka berada di alam luar.

Penulis menganggap bahwa definisi atau pemahaman tentang arsitektur tropis di Indonesia hingga saat ini cenderung keliru. Arsitektur tropis sering sekali dibicarakan, didiskusikan, diseminarkan dan diperdebatkan oleh mereka yang memiliki keahlian dalam bidang sejarah atau teori arsitektur. Arsitektur tropis seringkali dilihat dari konteks 'budaya'. Padahal kata 'tropis' tidak ada kaitannya dengan budaya atau kebudayaan, melainkan berkaitan dengan 'iklim'. Pembahasan arsitektur tropis harus didekati dari aspek iklim. Mereka yang mendalami persoalan iklim dalam arsitekturpersoalan yang cenderung dipelajari oleh disiplin ilmu sains bangunan (fisika bangunan)akan dapat memberikan jawaban yang lebih tepat dan terukur secara kuantitatif. Mereka yang dianggap ahli dalam bidang arsitektur tropisKoenigsberger, Givoni, Kukreja, Sodha, Lippsmeier dan Nick Bakermemiliki spesialisasi keilmuan yang berkaitan dengan sains bangunan, bukan ilmu sejarah atau teori arsitektur.

Kekeliruan pemahaman mengenai arsitektur tropis di Indonesia nampaknya dapat dipahami, karena pengertian arsitektur tropis sering dicampuradukkan dengan pengertian 'arsitektur tradisional' di Indonesia, yang memang secara menonjol selalu dipecahkan secara tropis. Pada masyarakat tradisional, iklim sebagai bagian dari alam begitu dihormati bahkan dikeramatkan, sehingga pertimbangan iklim amat menonjol pada karya arsitektur tersebut. Manusia Indonesia cenderung akan membayangkan bentuk-bentuk arsitektur tradisional Indonesia ketika mendengar istilah arsitektur tropis. Dengan bayangan iniyang sebetulnya tidak seluruhnya benarpembicaraan mengenai arsitektur tropis akan selalu diawali. Dari sini pula pemahaman mengenai arsitektur tropis lalu memiliki konteks dengan budaya, yakni kebudayaan tradisional Indonesia. Hanya mereka yang mendalami ilmu sejarah dan teori arsitektur yang mampu berbicara banyak mengenai budaya dalam kaitannya dengan arsitektur, sementara arsitektur tropis (basah) tidak hanya terdapat di Indonesia, akan tetapi di seluruh negara yang beriklim tropis (basah) dengan budaya yang berbeda-beda, sehingga pendekatan arsitektur tropis dari aspek budaya menjadi tidak relevan.

Dari uraian di atas, perlu ditekankan kembali bahwa pemecahan rancangan arsitektur tropis (basah) pada akhirnya sangatlah terbuka. Arsitektur tropis dapat berbentuk apa sajatidak harus serupa dengan bentuk-bentuk arsitektur tradisional yang banyak dijumpai di wilayah Indonesia, sepanjang rancangan bangunan tersebut mengarah pada pemecahan persoalan yang ditimbulkan oleh iklim tropis seperti terik matahari, suhu tinggi, hujan dan kelembapan tinggi. l

merancang arsitektur rumah yg baik (tulisan 6)

Gaya dan bentuk rumah seseorang biasanya mencerminkan selera dan keinginannya. Orang yang menyukai sesuatu yang klasik, biasanya akan menyukai rumah yang corak arsitekturnya klasik. Demikian pula mereka yang suka pada hal-hal yang simpel dan sederhana, akan menyukai rumah bergaya minimalis yang coraknya sederhana.
Kita memang bisa menentukan corak dan gaya rumah sesuai dengan keinginan dan selera kita. Untuk mewujudkan itu, kita bisa menggunakan jasa arsitek. Mereka yang akan membantu mewujudkan keinginan kita pada rancang bangun an rumah yang kita kehendaki.
Agar hasilnya maksimal, pemilik rumah dan sang arsitek perlu kerja sama dan komunikasi. Ini penting agar ide dan keinginan pemilik rumah bisa diterjemahkan dengan baik dan indah oleh arsitek.
Saat ini, banyak perusahaan jasa arsitektur yang bisa kita minta untuk membantu merancang rumah. Soal harga, tentu bisa dibicarakan sesuai dengan kesepakatan. Jika kita punya teman atau kolega yang kebetulan berprofesi sebagai arsitek, tentu lebih memudahkan. Di samping biaya lebih murah, proses komunikasi dan interaksi yang terjalin bisa lebih dekat dan intensif.
  
Jika menggunakan jasa arsitek, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan agar hasil rancangannya optimal, yaitu :
1. Sebelum mulai merancang, sampaikan anggaran yang kita miliki kepada sang arsitek. Ini penting agar arsitek bisa menyesuaikan rancangannya dengan kemampuan keuangan kita.
2. Kenali berbagai gaya arsitektur yang ada dan yang kita ingin wujudkan dalam rumah. Apakah itu gaya Eropa, Timur Tengah, atau gaya Jawa. Kita bisa mencarinya dari majalah, buku, situs Internet, dan sumber informasi lainnya. Setelah menentukan gaya apa yang kita inginkan, komunikasikan dengan sang arsitek. Makin jelas keinginan dan gaya bangunan yang kita kehendaki, makin mudah bagi arsitek untuk mewujudkannya dalam sebuah rancangan bangunan.
3. Perhatikan saran dan pertimbangan yang diberikan arsitek. Jika dia menilai ide kita kurang pas, maka sebaiknya ikuti pendapat dan saran tersebut. Jangan terlalu memaksakan ide jika hal itu malah membuat bangunan rumah menjadi kurang pas atau tepat menurut penilaian arsitek.
4. Pada proses pembuatan rancangan arsitektur rumah ini diperlukan diskusi dan kerja sama yang baik antara kita dengan sang arsitek. Sering-seringlah mengadakan diskusi dan tukar pemikiran agar arsitek benar-benar memahami apa yang menjadi keinginan Anda.
5. Jika rancangan rumah selesai dibuat, mintalah gambar kerjanya secara lengkap dari arsitek. Ini akan sangat membantu kontraktor saat membangun rumah sesuai dengan hasil rancangan tersebut.

Desain Rumah Minimalis (tulisan 5)


Desain Rumah Minimalis

07.09.2009



ARSITEKTUR RUMAH MINIMALIS | GAMBAR RUMAH MINIMALIS

Konsep desain rumah minimalis bertujuan meningkatkan nilai suatu ruang keseluruhan (eksterior dan interior) dengan mengurangi segala sesuatu yang berlebihan di dalam ruang tersebut. Filosofi minimalis mewakili gaya hidup yang praktis, dinamis, ringkas, efektif dan efisien, yang diterapkan dalam semua aspek kehidupan termasuk arsitektur bangunan, interior ruang dan eksterior taman.
Ruang menjadi terasa lega (hampa, keabadian, suasana meditatif) sesuai kebutuhan utama penghuni, mengoptimalkan sirkulasi udara segar yang sehat, dan pencahayaan sinar matahari yang melimpah (kaya warna).
Desain rumah minimalis menghilangkan kejenuhan terhadap pemakaian banyak ornamen dekoratif, pernik-pernik aksesori. Karakter dan kualitas ruang-ruang yang tercipta ditentukan oleh keberadaan ruang itu sendiri, bukan oleh perabot dan pernik-pernik aksesori di dalamnya.
Minimalis adalah terjemahan sebuah gaya dan pola kehidupan masa sekarang yang serba cepat, simpel dan instan, tetapi mengutamakan kualitas. Sedangkan minimalisme merupakan pengejawantahan tatanan kehidupan, pola pikir dan idealisme modern.
Pemakaian bahan-bahan sederhana (unsur sederhana yang kuat) bukan kemewahan dengan material mahal dan material alam (unsur keselarasan dengan alam). Ekspos dominasi bahan material (lunak dan keras) tertentu akan menghasilkan efek yang berbeda-beda.
Desain dan perhitungan struktur yang detail dapat menghemat pemakaian bahan material dengan hasil bangunan rumah dan taman tetap optimal tampil artistik.
Pemilihan desain rumah minimalis, entah itu fasad bangunan, komposisi ruangan, interior dan eksterior tak dipungkiri menjadi bagian keseharian sekaligus cermin gaya hidup masa kini. Semakin spesifik pilihan desain, semakin tergambar jelas bagaimana karakter pemilik rumah.
Sejalan dengan gaya hidup masyarakat yang dinamis, tren gaya yang lebih mementingkan unsur kebersihan menjadi pemicu model bangunan lebih mengarah pada gaya minimalis, lebih tepatnya disebut minimalis modern. Sesuai dengan gaya hidup masyarakat yang kian dinamis, tren gaya hunian saat ini lebih mengutamakan pada fungsi dengan corak yang cenderung polos.

CIRI UTAMA FASAD BANGUNAN RUMAH MINIMALIS

Fasad bangunan rumah minimalis didesain dengan pola kotak-kotak persegi panjang dan garis-garis vertikal, seperti terlihat pada bukaan jendela dan ventilasi udara. Sebagian dinding yang dihiasi dengan batu alam kotak-kotak persegi panjang dengan warna yang mencolok. Desain rumah minimalis mampu menampilkan fasad bangunan yang elegan dan berkelas walaupun hanya dengan penyelesaian akhir yang sederhana.
Tampak fasad bangunan dalam desain rumah minimalis lebih dominan berbentuk kotak dengan permukaan bidang yang datar, dan menghindari lekukan dan tonjolan yang melengkung. Finishing warna tampil dengan warna abu-abu yang sempurna. Secara umum di Indonesia adalah minimalis tropis, yaitu dengan ciri adanya teras dan bukaan lebar,karena arsitektur bergaya minimalis yang murni tidak mengenal adanya teras.
Gaya rumah minimalis yang saat ini berkembang pesat memiliki kekhasan tersendiri dalam tampilan fasad bangunannya. Seringkali rumah-rumah minimalis menggunakan bebatuan, permainan unsur garis dan bidang, serta pewarnaan yang cenderung lebih berani daripada gaya arsitektur mediterania maupun klasik.