Rabu, 09 Maret 2011

penjabaran tentang AUTOCAD *tulisan 3*

AutoCAD adalah perangkat lunak komputer CAD untuk menggambar 2 dimensi dan 3 dimensi yang dikembangkan oleh Autodesk. Keluarga produk AutoCAD, secara keseluruhan, adalah software CAD yang paling banyak digunakan di dunia.
AutoCAD digunakan oleh insinyur sipil, land developers, arsitek, insinyur mesin,desain interior dan lain-lain.
Format data asli AutoCAD,DWG, dan yang lebih tidak populer, Format data yang bisa dipertukarkan (interchange file format) DXF, secara de facto menjadi standard data CAD. Akhir-akhir ini AutoCAD sudah mendukung DWF, sebuah format yang diterbitkan dan dipromosikan oleh Autodesk untuk mempublikasikan data CAD.
AutoCAD saat ini hanya berjalan disistem operasi Microsoft. Versi untuk unix dan Macintosh sempat dikeluarkan tahun 1980-an dan 1990-an, tetapi kemudian tidak dilanjutkan. AutoCAD masih bisa berjalan di emulator seperti virtual pc atau wine.
AutoCAD dan AutoCAD LT tersedia dalam bahasa Inggris, Jerman, Perancis, Italia, Spanyol, Jepang, Korea, Tionghoa Sederhana, Tionghoa Tradisional, Rusia, Ceko, Polandia, Hongaria, Brasil, Portugis, Denmark, Belanda, Swedia, Finlandia, Norwegia dan Vietnam.

AutoCAD LT

AutoCAD LT adalah versi ringan dari AutoCAD. Berharga lebih murah (sekitar USD $900 USD versus sekitar USD $4,000 untuk AutoCAD versi lengkap). AutoCAD LT diciptakan oleh Autodesk untuk para pengguna yang hanya berminat untuk menggambar 2 dimensi saja, tetapi AutoCAD LT masih mempunyai kemampuan untuk melihat gambar 3 dimensi tanpa mampu mengubahnya.

AutoCAD Versi pelajar

AutoCAD memberikan potongan harga yang besar bagi penggunaan AutoCAD utuk pendidikan (pelajar dan pengajar), baik lisensi 14 bulan maupun lisensi perpetual tersedia. AutoCAD versi pelajar ini mempunyai fungsi yang sama dengan AutoCAD versi komersial lengkap, perbedaannya hanyalah, pada versi pelajar setiap data DWG yang dihasilkan atau di rubah terdapat data bendera internal (bendera pendidikan). Kalau gambar ini dicetak , maka pada gambar tersebut akan terdapat cetakan atau banner di keempat sisi gambar yang menjelaskan bahwa gamabar ini diproduksi dari AutoCAD versi pelajar. Gambar yang dihasilkan dari AutoCAD versi pelajar dilarang digunakan untuk keperluan komersial.


Autodesk juga mengmembangkan beberapa program vertikal dari AutoCAD untuk beberapa disiplin khusus.Contohnya AutoCAD Architecture (sebelumnya disebut Architectural Desktop), memungkinkan arsitek untuk menggambar obyek 3 dimensi dari tembok, pintu, jendela, dengan data yang lebih cerdas berhubungan langsung dengan obyek tersebut, daripada obyk sederhana seperti gambar garis dan lingkaran saja. Data bisa diprogram untuk menampilkan produk arsitektural secara spesifik yang dijual dipasaran lengkap dengan harga dan merek obyek tersebut.Contoh alinadalah autoCAD metanical untuk insinyur teknik mesin, elektrikaluntruk insinyur teknik elektro, AutoCAD Civil 3D (untuk insinyur teknik sipil), dan AutoCAD Map 3D (peta).

AutoCAD adalah CAD (Computer Aided Design atau Computer Aided Drafting). Merupakan aplikasi perangkat lunak untuk a Desember 1982.
AutoCAD adalah salah satu program CAD pertama yang berjalan di komputer, khususnya IBM PC. Pada saat itu, sebagian besar lainnya CAD program berjalan pada komputer mainframe atau mini komputer yang terhubung ke terminal komputer grafis untuk setiap penggunanya.
Pada awal rilisnya, AutoCAD hanya menampilkan bentuk-bentuk primitif, seperti garis, polyline, lingkaran, busur, dan teks untuk objek yang lebih kompleks. Sejak pertengahan 1990-an, AutoCAD telah mendukung objek ubahan melalui C + + Application Programming Interface (API).
AutoCAD Modern memasukkan set lengkap pemodelan dasar yang terintegrasi dan alat-alat 3D. Dengan rilis AutoCAD 2007, 3D modeling ditingkatkan, yang berarti navigasi yang lebih baik ketika bekerja dalam 3D. Selain itu, program AutoCAD akan menjadi lebih mudah untuk mengedit  3D.
 mental ray yang termasuk dalam rendering, sekarang ini sangat mungkin untuk melakukan rendering dengan kualitas jauh lebih baik. AutoCAD 2010 memperkenalkan fungsi parametrik dan pemodelan mesh.
AutoCAD dan AutoCAD LT tersedia dalam bahasa Inggris, Jerman, Perancis, Italia,  Jepang, Korea, Cina, Rusia, Ceko, Polandia, Hungaria, Portugis Brasil, Denmark, Belanda, Swedia, Finlandia, Norwegia, dan Vietnam.

Belajar AutoCAD tidaklah sesulit yang dibayangkan. Modalnya hanya keinginan dan keseriusan. 
1. Belajar Setiap Hari
Alokasikan waktu Anda selang beberapa saat setiap harinya untuk mulai mempelajari AutoCAD, lebih baik apabila waktu luang pada pagi hari saat Anda masih segar dan belum dijejali dengan berbagai pikiran sehingga dapat menerima pembelajaran dengan lebih baik.
Apabila Anda hanya bisa meluangkan waktu dalam sehari selama 1 jam, cobalah untuk membaginya ke dalam 2-3 sesi belajar.
2. Mengulangi Pelajaran
Akan lebih baik lagi, apabila dalam setiap Anda mempelajari AutoCAD mengulang kembali  telah lalu. Pengulangan ini sangat penting untuk mengukur sejauh mana pemahaman Anda dalam mencerna pelajaran yang telah lalu.
Berikan  kepada otak Anda untuk mencerna materi, tetapi usahakan pengulangan materi jangan terlampau jauh waktunya. Apabila jarak pengulangan terlampau jauh, dikhawatirkan Anda akan lupa materi apa yang telah dipelajari.
Pastikan kembali, Anda baru boleh melangkah ke pelajaran selanjutnya apabila materi sebelumnya telah Anda kuasai.
3. Cari Hal Menarik Mengenai AutoCAD
Apabila Anda sudah memahami dasar-dasar dari AutoCAD Design, segera praktikkan langsung di Komputer Anda dari apa yang Anda diskusi mengenai hal-hal yang menarik dari AutoCAD. Dengan cara ini Anda akan lebih cepat memahami dan menguasai program ini, tentunya dengan kualitas yang lebih baik.
4. Pergunakan Referensi AutoCAD
Dalam mempelajari AutoCAD, Anda jangan hanya puas dengan satu referensi saja karena akan membatasi daya kreatifitas Anda sendiri. Usahakan agar Anda memiliki banyak referensi agar  AutoCAD Anda bertambah.
Jangan sungkan pula meminta pendapat atau bertanya kepada orang yang ahli di bidangnya untuk lebih memperkaya ilmu A

tentang arsitek *lat 2*

Apakah Arsitektur ?
Arsitektur bukanlah barang baru, sejak dulu menjadi bahan perbincangan, diskusi dan kekaguman bahkan ada pula yang dinista. Sampai kinipun cukup banyak pendapat dan telaah tentang arsitektur. Mulai dari metode merancang, teori, sampai pengaruh dan apresiasi arsitektur.  Tak heran jika arsitektur memiliki definisi yang banyak dan beragam. Pada zaman Vitruvius arsitektur identik dengan gedung (termasuk kota/ benteng, aquaduct/instalasi air)  tetapi kini kata arsitektur juga dipakai oleh disiplin ilmu lain seperti istilah “arsitektur computer”, “arsitektur internet”, “arsitektur kapal”, ”arsitektur strategi perang”  bahkan ada istilah “arsitektur parsel”. Secara gamblang istilah-istilah itu merujuk pada gagasan atau ide rancangan yang akan diwujudkan menjadi nyata.
Secara spesifik arsitektur adalah keseluruhan proses mulai dari pemikiran/ ide/ gagasan, kemudian menjadi karya/ rancangan, dan diwujudkan menjadi hasil karya nyata yang dilakukan secara sadar (bukan berdasarkan naluri) dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan akan ruang guna mewadahi aktivitas/ kegiatannya yang diinginkan serta menemukan eksistensi dirinya.
Alam ini adalah ruang nir-batas, ruang hidup manusia bersama binatang, tumbuhan dan ruang bagi benda-benda alamiah. Berarsitektur dilakukan secara sadar bukan secara naluri oleh karena itu berarsitektur hanya bisa dicetuskan setelah melalui proses belajar.  Melalui proses belajar arsitektur menjadi dinamis terus berkembang integral dengan perkembangan budaya/kegiatan manusia.  Gua adalah benda alamiah, fenomena  kerja alam yang kemudian diintervensi oleh manusia guna memenuhi kebutuhan akan tempat berteduh. Ketika gua dirasa sudah tidak dapat lagi memenuhi perkembangan kegiatan, manusia mulai berpikir untuk membuat shelter yang kemudian berkembang dan  akhirnya tercipta rumah.  Berbeda dengan burung yang secara naluri membuat “ruang” (sarang)  tempat bertelur dan membesarkan anak-anaknya dari dulu hingga kini wujud “sarang”, tidak ada yang berubah baik bentuk, struktur maupun materialnya.
Ketika manusia mulai membuat rumah, manusia  mengintervensi alam dengan teknologi. Kemudian, karena kesadaran akan keindahan merupakan naluri alami manusia, maka ke dalam semua tradisi  berarsitektur masuklah unsur seni/estetika. Ketika kekuatan alam sangat berpengaruh maka arsitektur akan didominasi oleh struktur/teknologi (contoh: Arsitektur Jepang), tetapi ketika kekuatan alam tidak terlalu berpengaruh maka arsitektur didominasi oleh unsur seni/ art (Arsitektur Eropa). Pada  awal masa jayanya arsitektur, unsur art menjadi lebih dominan. Dalam perkembangan selanjutnya ketika terjadi revolusi industri dan teknologi menjadi sesuatu yang sangat di-gandrungi maka sekelompok filsuf berpandangan bahwa seharusnya arsitektur  didominasi oleh teknologi. Issu inipun menjadi debat kusir (Ecole de Beaux Arts vs Ecole Polytechtique di Perancis dan Harvad vs MIT di USA). Jadi, jika arsitektur tidak pure termasuk kelompok seni  juga tidak pure termasuk kelompok teknologi,
Dimanakah posisi arsitektur?
Arsitektur berpijak diantara keduanya. Seni dan teknologi bagaikan dua kutub yang berseberangan dan aspek nilai guna satu titik lain di atasnya, sehingga membentuk segitiga (bentuk stabil). Seni dan teknologi  harus seimbang saling mengisi, bagaikan tubuh  dan roh. Arsitektur yang didominasi oleh teknologi akan terasa hambar, kaku, monoton untuk itu diperlukan seni. Arsitektur yang didominasi oleh seni akan terasa mubazir, over acting dan diragukan kekuatannya. Arsitektur yang tidak memenuhi aspek nilai guna adalah sampah (seperti garam yang tidak asin).
Apakah seni dalam konteks arsitektur ?
Nilai estetika seni dalam arsitektur memang sulit diukur, penilaian orang terhadap sesuatu apakah esteik atau tidak memang sangat relative. Namun dapat kita sederhanakan klasifikasi dari kategori estetika menjadi : keindahan beauty (adanya relasi formal antara harmoni dan proporsi); kesenangan pleasure (adanya relasi fungsional antara efisiensi dan kenyamanan); kesukaan delight (adanya relasi makna antara asosiasi dan selera). Unsur seni/estetika dalam arsitektur tidak sebatas ornament sebagai unsur dekoratif tetapi keseluruhan bentuk unity dari objek nyata arsitektur dan lingkungannya.  Bentuk struktur bangunan atau material bangunan juga dapat bernilai estetis jika memenuhi 4 kategori diatas. Dengan unsur  teknologi, seni dan  nilai guna,
Apakah arsitektur dapat disebut ilmu ?
Bilamanakah disebut ilmiah? Jika memlilki metode, kebenaran dan sistematis. Cara atau jalan untuk mencari kebenaran dalam ilmu disebut metode. Kebenaran adalah kesesuaian antara penge’tahu’an dan objeknya. Objek, metode dan kebenaran dapat di susun satu persatu sehingga membentuk dan mempunyai arti dalam satu keseluruhan.
Pengetahuan yang dimulai dari aspek nilai guna ini pada awalnya dipandang rendah oleh para teoritisi, terutama para pemikir di Yunani. Sejarah  mencatat, dalam perjalannya arsitektur telah mengembangkan diri demi pencapaian kebenaran, hingga akhirnya ilmu pengetahuan arsitektur nyaris setingkat dengan ilmu-ilmu pengetahuan lain. Pada akhir abad ke-19 arsitektur mulai dibuka sebagai satu departemen/jurusan tersendiri sehingga profesi arsitektur semakin diakui(naik kelas tidak setara lagi dengan budak). Jadi, supaya tetap eksis sebagai ilmu pengetahuan,  arsitektur tidak saja harus mengandung unsur seni, teknologi (pengetahuan praktis) dan nilai guna tetapi harus terus  melakukan pengembangan pengetahuan arsitektur itu sendiri.  Tidak boleh mandek pada satu kebenaran pengetahuan arsitektur yang semu atau yang bukan hakekat kebenaran pengetahuan arsitektur.
Bagaimanakah strategi agar pengetahuan arsitektur dapat berkembang dalam rel hakekat kebenaran arsitektur ?
Berbeda dengan disiplin ilmu murni yang cenderung deskriptif - analitis, pengetahuan arsitektur lebih cenderung prespektif - sintesis. Pengembangan pengetahuan arsitektur berhubungan dengan lembaga pengajaran/ pendidikan. Kenyataan saat ini (tanpa mencari kambing hitam) para lulusan universitas jurusan arsitektur umumnya adalah produk “practice oriented” atau menjadi “arsitek tukang”. Akibatnya “arsitek tukang” kadang tersesat pada kebenaran arsitektur yang semu. Karena tidak memiliki dasar pemahaman tentang asritektur yang kuat “arsitek tukang” cenderung mencontoh pada karya arsitektur yang telah ada, misalnya bentuk kubah pada atap dan selubung bangunan Ratu Mall Makassar maka bentuk selubung bangunan sejenis men-duplikasi bentuk tersebut (Mall Panakukang dan  Mall GTC termasuk karya-karya Tugas Akhir mahasiswa S1 UNHAS masa itu) padahal belum tentu bentuk selubung bangunan tersebut sesuai dengan konteks lingkungan fisik/alam dan budaya di Makassar (chaotic). Akibatnya ada konsekwesi-konsekwensi yang harus di bayar antara lain hilangnya ciri khas arsitektur setempat (local genius), ketergantungan pada energi (untuk peng-kondisian udara dan pencahayan). Itulah celakanya jika objek arsitektur yang dijadikan contoh (dianggap suatu kebenaran) ternyata pada waktu yang panjang (long term)malah menimbulkan penurunan kualitas lingkungan dimana objek arsitektur itu berada (ternyata kebenaran yang semu ).
Model pendidikan arsitektur yang “practice oriented” harus diganti dengan kegiatan “riset akademik”. Dalam kegiatan riset akademik telah tercakup filsafat ilmu yang dapat dijadikan landasan intelektual bagi kegiatan keilmuan.
Studio perancangan dijadikan “back bone” pengajaran pada level S1, sedangkan riset akademik pada level ini  bersifat evaluasi kelayakan dan efisiensi   objek arsitektur yang akan direalisasi

Konsep arsitektur rumah tinggal serta desain interior yang berakar pada budaya Indonesia. Contoh paling sederhana ialah desain rumah panggung. Seperti yang dapat kita jumpai di beberapa komunitas suku di Sumatera, Kalimantan maupun Sulawesi.
Bisa dipikirkan konsep arsitektur rumah panggung untuk wilayah-wilayah pemukiman di Jakarta pelanggan banjir. Dan tentu area bawah rumah tinggal terbuka untuk berbagai kemungkinan eksplorasi desain. Mungkin gaya rumah tinggal dengan semi-basement atau split level dapat diperkaya dengan fondasi keindonesiaan.
Simak foto, gambar rumah dan gagasan tentang “pondasi rumah” yaitu desain rumah tinggal yang berakarkan budaya Indonesia.

Dekorasi Interior Rumah Idaman Menyambut Lebaran. Berhasil mengatasi tantangan dan godaan sebulan Ramadhan, sepatutnya disyukuri dengan gembira. Nah, tak ada salahnya mendekorasi ulang; mengubah penampilan interior rumah tinggal Anda. Maksudnya, tak lain agar seirama dengan suasana batin penuh syukur. Lagi, penataan ulang ini juga bisa menjadi wujud kegembiraan kita saat menerima tamu serta kerabat yang datang bersilaturahim.
Berikut beberapa gagasan dan contoh serta gambar dekorasi interior mulai dari pengecatan rumah tinggal, kain tradisional, kaligrafi yang mungkin menginspirasi anda

esben (estetika bentuk) lat. 1

Mata Kuliah Estetika Bentuk 02 memfasilitasi pembekalan mengenai bentuk dan ruang. Silabus, rencana pembelajaran, hingga variasi metoda pembelajaran akan dibahas dalam makalah ini. Selain itu, peran dosen sebagai fasilitator pembelajaran dan peran mahasiswa sebagai siswa pembelajar juga menjadi hal yang dicermati.
Kemampuan kognitif dalam memahami hingga menganalisis, kemampuan afektif untuk merasakan ruang dengan pertimbangan estetikanya, serta kemampuan psikomotorik dengan menerapkan prinsip-prinsip komposisi pada rancangan bentuk dan ruangnya, merupakan kompetensi standar yang menjadi prasyarat dalam pembelajaran di Prodi Arsitektur. Ketiga hal ini akan diaplikasikan secara mendalam terutama pada mata kuliah inti di Prodi Arsitektur UNS, yaitu mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 1 (SPA 01) hingga SPA 07 dan bermuara pada Studio Tugas Akhir.
Kata kunci:
Kompetensi, Bentuk, Ruang, Pembelajaran

Pendahuluan

Mahasiswa yang berhasil memasuki Prodi Arsitektur UNS melalui serangkaian seleksi memasuki perguruan tinggi yang ditetapkan oleh UNS (jalur PMDK) maupun yang sesuai dengan standar test nasional SNMPTN, merupakan input bagi Prodi Arsitektur yang telah mememiliki kemampuan dasar. Namun, seleksi seperti ini tidak bisa menunjukkan kemampuan spesifik yang diperlukan di Prodi Arsitektur yaitu kemampuan mengenai pandang ruang. Ilmu arsitektur yang sangat berkaitan dengan penciptaan dan penataan ruang membutuhkan kompetensi mahasiswa mengenai bentuk dan ruang. Dari hal ini, maka dibutuhkan suatu kurikulum yang kemudian dijabarkan dalam beberapa mata kuliah yang akan memfasilitasi proses pembelajaran mengenai ruang. Pencapaian kompetensi menjadi tujuan pembelajaran, yang untuk selanjutnya bisa membekali mahasiswa dalam melalui tahapan-tahapan pembelajaran di Prodi Arsitektur hingga pada saat berpraktek profesi kelak.
Mata kuliah Estetika Bentuk, yang diberikan pada semester I (Estetika Bentuk 01 - dasar komposisi bentuk 2Dimensi) dan pada semester II (Estetika Bentuk 02 - dasar komposisi bentuk 3Dimensi) merupakan mata kuliah yang akan memfasilitas pembelajaran untuk mencapai kompetensi berkaitan dengan bentuk dan ruang. Pada pembahasan kali ini, akan difokuskan pada Mata Kuliah Estetika Bentuk 02 yang lebih banyak memfasilitasi pembelajaran mengenai 3Dimensi (ruang dan massa). Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) akan dikaji. Namun kajian yang lebih mendalam dalam makalah ini akan lebih menyoroti pelakasanaan pembelajaran Estetika Bentuk 02.
Pembahasan

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU Sisdiknas Tahun 2003). Sehingga rangkaian dokumen (curriculum plan) dan kegiatan nyata (actual curriculum) merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan.
Dokumen yang terdiri dari Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk tiap mata kuliah dipersiapkan dari awal. Selanjutnya actual curriculum dilaksanakan dalam serangkaian proses pembelajaran, proses evaluasi dan penciptaan suasana belajar.
Dikaitkan dengan kompetensi menurut Kepmendiknas No. 045/U/2002 dan pengertian kurikulum sebagai seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu, maka kompetensi akan dilihat dari berbagai aspek. Bloom (1956:17) menganalisis kompetensi menjadi tiga aspek, yaitu:
a.       kognitif, meliputi tingkatan pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian.
b.       afektif, meliputi pemberian respons, penilaian, apresiasi, dan internalisasi.
c.       psikomotorik, meliputi keterampilan gerak awal, semi rutin dan rutin.
a. Curriculum Plan
Sebagai sebuah rangkaian penjabaran kurikulum, pada mata kuliah Estetika Bentuk 02, juga dipersiapkan dokumen silabus dan RPP yang merencanakan pembelajaran dengan menitikberatkan pada pencapaikan kompetensi. Kerangka susunannya berdasarkan strategi atau pentahapan pembelajaran dalam mencapai kompetensi.
Standar Kompetensi (SK) merupakan ukuran kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dan mahir dilakukan oleh peserta didik pada setiap tingkatan dari suatu materi yang diajarkan. Pada Mata Kuliah Estetika Bentuk 02, standar kompetensi yang diangkat adalah mengerti dan memahami teori dasar estetika bentuk 3Dimensi, mampu menganalisis prinsip komposisi 3Dimensi dan dapat mengaplikasikannya ke dalam desain. Selanjutnya, standar kompetensi tersebut dijabarkan dalam beberapa kompetensi dasar.
b. Actual Curriculum
b.1. Proses Pembelajaran
Proses belajar sebagai upaya untuk mencari dan mengkonstruksi (membentuk) pengetahuan aktif dan spesifik caranya, merupakan proses penting ketika dikaitkan dengan pembelajaran mengenai bentuk 3Dimensi (ruang dan massa) pada Mata Kuliah Estetika Bentuk 02. Kespesifikan cara dan pengalaman belajar ini berhubungan erat dengan kompetensi yang akan dicapai.
1. Melakukan pengamatan dan percobaan terhadap massa 3Dimensi platonic solid.
Mahasiswa berkesempatan untuk melihat, mengamati, merasakan, meraba, dan mengasah empiri sensual terhadap massa 3Dimensi sederhana (platonic solid). Secara kognitif, mahasiswa mengkontruksi pengetahuan tentang bentuk 3Dimensi. Kemampuan psikomotorik diasah dengan mengolah massa-massa sederhana tersebut.
2. Menggambarkan kembali hasil eksplorasi bentuk dasar
Mahasiswa mendapat kesempatan untuk mengungkapkan hal yang dipikirkan, dirasakan dan dialami pada saat membuat suatu eksplorasi bentuk. Pengungkapan tersebut disajikan dalam sketsa atau penggambaran kembali hasil eksplorasinya. Kemampuan kognitif dan afektif terlihat dari sketsa yang dituangkan. Kemampuan psikomotorik dikembangkan dengan pembuatan komposisi lay out presentasi. Secara tidak langsung mahasiswa disegarkan kembali ingatan, perasaan dan kemampuan dalam mengaplikasikan prinsip-prinsip komposisi.
3. Melakukan pengamatan dan percobaan sederhana dengan menyusun beberapa massa 3Dimensi platonic solid. Menggambarkan kembali hasil analisis (membuat sketsa). Presentasi dan Diskusi. (dilakukan berkelompok)
Mahasiswa memperoleh kesempatan untuk mengeksplorasi penataan massa majemuk. Ketika hal ini dikerjakan secara berkelompok, mahasiswa dapat mengasah soft skill kerja sama, kepemimpinan, dan manajemen.
4. Mencari contoh penerapan organisasi massa majemuk, membuat sketsa analisis, dan mempresentasikan hasil analisisnya.
Mahasiswa melakukan pencarian sumber belajar dari buku, internet, atau mencari langsung dari contoh bangunan yang sudah ada. Kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik terlihat dari sketsa atau poster yang dipaparkan.
5. Melakukan pengamatan dan percobaan sederhana dengan menyusun bidang-bidang untuk membentuk ruang. Membuat maket. (dilakukan bersama-sama dalam kelas)
Mahasiswa membuat maket yang menunjukkan ruang dengan skala 1:25. Dengan skala ini, mahasiswa bisa merasakan ruang dengan cukup detail. Pengolahan bidang-bidang (2Dimensi) dalam membentuk “rasa” ruang 3Dimensi merupakan tantangan yang dinikmati oleh mahasiswa.
6. Melakukan pengamatan dan percobaan sederhana dengan menyusun bidang-bidang untuk membentuk ruang. Membuat maket. (dilakukan mandiri di luar kelas, di luar jam kuliah)
Mahasiswa secara mandiri mengembangkan kemampuan psikomotoriknya dalam menciptakan ruang. Karena dilakukan di luar jam kuliah dan dilakukan di luar kelas, tantangan untuk membuat maket ini lebih dinikmati oleh mahasiswa.
7. Presentasi hasil analisis dan diskusi
Mahasiswa dapat melakukan presentasi hasil analisis yang telah dilakukannya. Presentasi ini diikuti dengan diskusi. Pada pembelajaran seperti ini, kemapuan kognitif, afektif dan psikomotorik dapat terlihat secara menyeluruh. Soft skill dalam hal public speaking secara langsung bisa diasah.
8. Melakukan “bedah desain”, melakukan analisis Tugas Besar Studio Perancangan Arsitektur 02 (SPA02), dan mempresentasikannya pada saat display ujian SPA02.
Mahasiswa secara aktif menunjukkan serangkaian proses eksplorasi yang telah dilakukan selama pembuatan Tugas Besar Studio Perancangan Arsitektur 02. Keseluruhan kompetensi akan ditunjukkan pada tahap ini.
b.2. Proses Evaluasi
Proses evaluasi dilakukan berkelanjutan. Pada tiap tahap pembelajaran, di setiap kompetensi dasar dijabarkan indikator-indikator evaluasi. Penugasan (membuat analisis yang disajikan dalam bentuk poster ukuran A4) dan presentasi hasil analisisnya dievaluasi berdasarkan indikator-indikator yang ditetapkan. Pada kondisi idealnya, tiap poster dipresentasikan. Namun adanya keterbatasan waktu, presentasi ini dipilih dari beberapa yang mewakili variasi hasil analisis. Pada akhir semester, semua hasil analisis dikumpulkan dalam sebuah porto folio tugas Mata Kuliah Estetika Bentuk 02.
b.3. Penciptaan Suasana Belajar
Jumlah mahasiswa yang mengikuti Mata Kuliah Estetika Bentuk 02 mencapai angka 80. Kapasitas ruang yang dialokasikan oleh Jurusan Arsitektur cukup besar. Namun, idealnya rasio antara jumlah mahasiswa dan kapasitas ruang juga harus dipertimbangkan. Ruang kuliah yang ditata klasikal kurang mendukung untuk pembelajaran Estetika Bentuk 02. Dengan pengalaman pembelajaran yang melibatkan mahasiswa secara aktif, pemilihan ruang studio sebagai tempat belajar akan lebih menunjang daripada ruang kuliah biasa. Kendala penataan ruang bisa disikapi dengan mengubah posisi bangku-bangku kuliah dengan menyesuaikan kebutuhan kegiatan pembelajaran. Sebagai variasi tempat belajar, pada saat-saat tertentu kegiatan pembelajaran bisa dialihkan ke tempat lain seperti hall di samping ruang kuliah. Tantangan dari variasi tempat pembelajaran yang ditemui adalah kurangnya kesadaran untuk menjaga kebersihan selama proses pembelajaran, terutama saat pembuatan maket. Namun, di sisi lain, dengan adanya variasi seperti ini, suasana belajar bisa semakin menyenangkan. Dampak dari suasana menyenangkan, biasanya mahasiswa menjadi lebih kreatif dalam belajar dan berkarya.
c. Interaksi Pembelajaran
Membahas proses pembelajaran, tidak akan terlepas dari interaksi antar elemen di dalamnya. Interaksi yang terjadi pada proses pembelajaran melibatkan dosen, mahasiswa, sumber belajar dalam sebuah lingkungan belajar.
Dosen sebagai pendidik memiliki peran menjadi fasilitator dan motivator. Peran sebagai motivator menjadi penting karena Mata Kuliah Estetika Bentuk 02 ini diambil oleh mahasiswa semester II, yang secara psikologis sedang menjalani masa transisi antara masa sekolah menengah atas ke perguruan tinggi. Memberikan motivasi merupakan hal sangat perlu dilakukan oleh dosen. Pada saat yang sama, dosen pun berperan sebagai fasilitator yang diharapkan, yaitu fasilitator yang membelajarkan mahasiswa. Dalam hal ini, membelajarkan adalah berpartisipasi dengan mahasiswa dalam membentuk pengetahuan, serta menjalankan berbagai strategi yang membantu mahasiswa untuk dapat belajar. Sehingga perlu dikembangkan pembelajaran yang baik dan berkelanjutan. Method of inquiry and discovery bisa menjadi alternatif proses dan interaksi dalam pembelajaran ini. Mampu mengasah empiri sensual, selanjutnya membangun konstruksi pengetahuan tentang bentuk, hingga menciptakan bentuk 3Dimensi dengan menerapkan prinsip-prinsip komposisi merupakan hal yang akan dicapai melalui beberapa metoda dan pengalaman belajar mahasiswa.
Di sisi lain, mahasiswa sebagai peserta didik, diharapkan menunjukkan kinerja kreatif (kognitif, afektif, dan psikomotorik yang utuh). Sumber belajar yang multi dimensi, didukung oleh kemudahan akses informasi akan memacu percepatan dalam pencapaian kompetensi. Lingkungan belajar yang terancang dan kontekstual dapat membuat suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan.
Penutup
Menjadi sarjana arsitektur atau idealnya berpraktek profesi sebagai arsitek, dimulai saat pertama kali menjadi mahasiswa arsitektur. Kompetensi yang berkaitan dengan menciptakan dan menata bentuk dan ruang merupakan kebutuhan yang mendasar dalam ilmu arsitektur. Seperangkat rencana pembelajaran dan kegiatan nyata (proses pembelajaran, proses evaluasi, dan suasana belajar) adalah kunci untuk tercapainya sebuah kompetensi. Interaksi pembelajaran menjadi hal yang tidak terpisahkan. Mata Kuliah Estetika Bentuk 02 dengan rencana pembelajaran dan kegiatan nyata pembelajarannya berusaha memfasilitasi pembekalan mengenai bentuk dan ruang. Kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang diperoleh dari Mata Kuliah Estetika Bentuk 02, diharapkan bisa dikembangkan dan diaplikasikan secara mendalam terutama pada mata kuliah inti di Prodi Arsitektur UNS, yaitu mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur (SPA) hingga SPA 07 dan bermuara pada Studio Tugas Akhir.

hubungan manusia dengan budaya dalam ilmu arsitektur

sebelumnya pengertian arsitektur sendiri  secara sempit sebagai seorang perancang bangunan, adalah orang yang terlibat dalam perencanaan,merancang, dan mengawasi konstruksi bangunan, yang perannya untuk memandu keputusan yang memengaruhi aspek bangunan tersebut dalam sisi astetika, budaya, atau masalah sosial. Definisi tersebut kuranglah tepat karena lingkup pekerjaan seorang arsitek sangat luas, mulai dari lingkup interior ruangan, lingkup bangunan, lingkup kompleks bangunan, sampai dengan lingkup kota dan regional. Karenanya, lebih tepat mendefinisikan arsitek sebagai seorang ahli di bidang ilmu arsitektur, ahli rancang bangun atau lingkungan binaan.
Arti lebih umum lagi, arsitek adalah sebuah perancang skema atau rencana.
"Arsitek" berasal dari Latin architectus, dan dari bahasa Yunani: architekton (master pembangun), arkhi (ketua) + tekton (pembangun, tukang kayu).
Dalam penerapan profesi, arsitek berperan sebagai pendamping, atau wakil dari pemberi tugas (pemilik bangunan). Arsitek harus mengawasi agar pelaksanaan di lapangan/proyek sesuai dengan bestek dan perjanjian yang telah dibuat. Dalam proyek yang besar, arsitek berperan sebagai direksi, dan memiliki hak untuk mengontrol pekerjaan yang dilakukan kontraktor. Bilamana terjadi penyimpangan di lapangan, arsitek berhak menghentikan, memerintahkan perbaikan atau membongkar bagian yang tidak memenuhi persyaratan yang disepakati.
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalammerancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu , peraencanaan kota, arsitektur lanskep, hingga ke level mikro yaitu desain dan . Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
Menurut yang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis.
Arsitektur adalah bidang multi-dispilin, termasuk di dalamnya adalah dan sebagainya. Mengutip Vitruvius, "Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni". Ia pun menambahkan bahwa seorang arsitek harus fasih di dalam bidang musik, astronomi, dsb. Filsafat adalah salah satu yang utama di dalam pendekatan arsitektur. ,  adalah beberapa arahan dari filsafat yang mempengaruhi arsitektur.

Teori dan praktik

tidak boleh terlalu ditekankan, meskipun banyak arsitek mengabaikan teori sama sekali. Vitruvius berujar: "Praktik dan teori adalah akar arsitektur. Praktik adalah perenungan yang berkelanjutan terhadap pelaksanaan sebuah proyek atau pengerjaannya dengan tangan, dalam proses konversi bahan  menjadi hasil akhir sebagai jawaban terhadap suatu persoalan. Seorang arsitek yang berpraktik tanpa dasar teori tidak dapat menjelaskan alasan dan dasar mengenai bentuk-bentuk yang dia pilih. Sementara arsitek yang berteori tanpa berpraktik hanya berpegang kepada "bayangan" dan bukannya substansi. Seorang arsitek yang berpegang pada teori dan praktik, ia memiliki senjata ganda. Ia dapat membuktikan kebenaran hasil rancangannya dan juga dapat mewujudkannya dalam pelaksanaan". Ini semua tidak lepas dari konsep pemikiran dasar bahwa kekuatan utama pada setiap Arsitek secara ideal terletak dalam kekuatan idea.

 

  
Permukiman manusia di masa lalu pada dasarnya bersifat rural. Kemudian timbullah surplus produksi, sehingga masyarakat rural berkembang menjadi masyarakat urban. Kompleksitas bangunan dan tipologinya pun meningkat. Teknologi pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan pun berkembang. Tipologi bangunan baru seperti sekolah, rumah sakit, dan sarana rekreasi pun bermunculan. Arsitektur Religius tetap menjadi bagian penting di dalam masyarakat. Gaya-gaya arsitektur berkembang, dan karya tulis mengenai arsitektur mulai bermunculan. Karya-karya tulis tersebut menjadi kumpulan aturan \ untuk diikuti khususnya dalam pembangunan arsitektur religius. Contoh kanon ini antara lain adalah karya-karya tulis oleh Vitruvius,  
Pada masa pencerahan, humaniora dan penekanan terhadap individual menjadi lebih penting daripada agama, dan menjadi awal yang baru dalam arsitektur. Pembangunan ditugaskan kepada arsitek-arsitek individual - , ,  - dan kultus individu pun dimulai. Namun pada saat itu, tidak ada pembagian tugas yang jelas antara seniman, arsitektur, maupun insinyur atau bidang-bidang kerja lain yang berhubungan. Pada tahap ini, seorang seniman pun dapat merancang jembatan karena penghitungan struktur di dalamnya masih bersifat umum.
Bersamaan dengan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang ilmu , dan munculnya bahan-bahan bangunan baru serta teknologi, seorang arsitek menggeser fokusnya dari aspek teknis bangunan menuju ke . Kemudian bermunculanlah "arsitek priyayi" yang biasanya berurusan dengan bouwheer (klien)kaya dan berkonsentrasi pada unsur visual dalam bentuk yang merujuk pada contoh-contoh historis. Pada abad ke-19,  di Prancis melatih calon-calon arsitek menciptakan sketsa-sketsa dan gambar cantik tanpa menekankan konteksnya.
Sementara itu,  membuka pintu untuk konsumsi umum, sehingga estetika menjadi ukuran yang dapat dicapai bahkan oleh kelas menengah. Dulunya produk-produk berornamen estetis terbatas dalam lingkup keterampilan yang mahal, menjadi terjangkau melalui produksi massal. Produk-produk sedemikian tidaklah memiliki keindahan dan kejujuran dalam ekspresi dari sebuah proses produksi.
Ketidakpuasan terhadap situasi sedemikian pada awal abad ke-20 melahirkan pemikiran-pemikiran yang mendasari arsitektur modern, antara lain, (dibentuk 1907) yang memproduksi obyek-obyek buatan mesin dengan kualitas yang lebih baik merupakan titik lahirnya profesi dalam bidang . Setelah itu, sekolah  (dibentuk di Jerman tahun 1919) menolak masa lalu sejarah dan memilih melihat arsitektur sebagai sintesa seni, ketrampilan, dan teknologi.
Ketika Arsitektur Modern mulai dipraktekkan, ia adalah sebuah pergerakan  dengan dasar moral, filosofis, dan estetis. Kebenaran dicari dengan menolak sejarah dan menoleh kepada fungsi yang melahirkan bentuk. Arsitek lantas menjadi figur penting dan dijuluki sebagai "master". Kemudian arsitektur modern masuk ke dalam lingkup produksi masal karena kesederhanaannya dan faktor ekonomi.
Namun, masyarakat umum merasakan adanya penurunan mutu dalam arsitektur modern pada tahun antara lain karena kekurangan makna, kemandulan, keburukan, keseragaman, serta dampak-dampak psikologisnya. Sebagian arsitek menjawabnya melalui dengan usaha membentuk arsitektur yang lebih dapat diterima umum pada tingkat visual, meski dengan mengorbankan kedalamannya.  berpendapat bahwa "gubuk berhias / decorated shed"  biasa yang interior-nya dirancang secara fungsional sementara eksterior-nya diberi hiasan) adalah lebih baik daripada sebuah "bebek / duck" ( di mana baik bentuk dan fungsinya menjadi satu). Pendapat Venturi ini menjadi dasar pendekatan Arsitektur Post-Modern.
Sebagian arsitek lain (dan juga non-arsitek) menjawab dengan menunjukkan apa yang mereka pikir sebagai akar masalahnya. Mereka merasa bahwa arsitektur bukanlah perburuan filosofis atau estetis pribadi oleh perorangan, melainkan arsitektur haruslah mempertimbangkan kebutuhan manusia sehari-hari dan menggunakan teknologi untuk mencapai lingkungan yang dapat ditempati.yang melibatkan orang-orang seperti  mulai mencari proses yang lebih inklusif dalam perancangan, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Peneilitian mendalam dalam berbagai bidang seperti perilaku, lingkungan, dan humaniora dilakukan untuk menjadi dasar proses perancangan.
Bersamaan dengan meningkatnya kompleksitas arsitektur menjadi lebih multi-disiplin daripada sebelumnya. Arsitektur sekarang ini membutuhkan sekumpulan profesional dalam pengerjaannya. Inilah keadaan profesi arsitek sekarang ini. Namun demikian, arsitek individu masih disukai dan dicari dalam perancangan yang bermakna simbol budaya. Contohnya, sebuah museum senirupa menjadi lahan eksperimentasi gaya sekarang ini, namun esok hari mungkin sesuatu yang lain.
Selama ini dikenal tiga khasanah teori yang diakui ada dalam dunia arsitektur. Pertama, teori
tentang arsitektur (theory about architecture) bersifat memaparkan tentang what is architecture menurut
posisi teoritis arsitek dan paradigma yang dianutnya. Kedua, teori di dalam arsitektur (theory in
architecture) berupa teori “apa saja” yang digunakan oleh para arsitek dalam praktik profesionalnya.
Ketiga, teori arsitektur (theory of architecture) yakni sebentuk teori yang khas arsitektur, mirip teori atom
atau teori gravitasi yang muncul serta berlaku dalam ilmu fisika. Teori arsitektur jenis ketiga ini
sebenarnya lebih tepat berada dalam kategori theory on architecture, yang menunjukkan adanya
academic sense daripada theory about architecture. Meskipun demikian, theory on architecture akan
muncul dari adanya theory about architecture, sebagai konsekuensi logis dan menjadi substansi dari
paradigma arsitektur yang dianut seorang pencetus teori.
Dalam pemahaman dunia akademik, suatu teori dikenal memiliki tiga sifat, yakni eksplanatif, prediktif,
dan kontrol. Teori dengan pengertian semacam itu umumnya berlaku bagi teori – teori dalam ilmu
(scientific theories), namun tidak berlaku dalam dunia arsitektur. Teori dalam dunia arsitektur bersifat
unscientific, spekulatif, subyektif, terkait dengan eksplanasi konsep desain, merupakan tuntunan
praktik, atau iluminasi tentang suatu desain arsitektur. Teori dalam arsitektur tidak mampu memberikan
jaminan keberhasilan prediksi seperti halnya teori dari khasanah ilmu. Dengan demikian, arsitektur
hanya akan mendukung status quo, menciptakan yang lama dalam situasi baru, maka tidak mampu
menjadi sarana emansipatori kehidupan manusia. Oleh karenanya, arsitektur tidak dapat lagi
menggunakan teori tradisional atau bersifat spekulatif saja karena tidaklah memadai untuk praktek
arsitektur kini dan masa depan.
Arsitektur hingga kini telah semakin terlibat di dalam kehidupan masyarakat, bahkan menjadi
sarana bagi penyelesaian problematika kehidupan manusia, maka sudah selayaknya tidak hanya
menggunakan teori – teori yang bersifat spekulatif, melainkan perlu dilandasi dengan nilai - nilai etis.
Arsitektur semestinya mampu menjadi sarana emansipatori manusia, yakni pembebasan dari
kealamiahan manusia maupun dari rintangan yang dibuatnya sendiri. Hal itu berarti, arsitektur yang
mau menjadi sarana emansipatori manusia hendaknya selalu berada di dalam diskursus tanpa henti
dengan pengalaman praktik (dimensi empiris) maupun dengan teori - teori (dimensi transenden). Dunia
arsitektur harus menyadari bahwa kebenaran yang telah ditemukan (dibekukan menjadi teori)
sebenarnya bersifat tentatif, dan hanya dengan refleksi dua kutub, maka kebenaran sejati makin
menampakkan diri. Arsitektur perlu belajar dari pemikiran Juergen Habermas, menjadi arsitektur yang
kritis karena hendak bersifat emansipatoris. Arsitektur semestinya tidak semata – mata berada di dalam
paradigma ilmu – ilmu empiris – analitis, atau ilmu – ilmu historis – hermeneutis, sebaiknya juga
dilandasi paradigma ilmu – ilmu tindakan yang berkepentingan emansipatoris.
Implikasinya, teori - teori dalam dunia arsitektur hendaknya selalu berada dalam kondisi dinamis,
senantiasa direfleksikan terhadap cita - cita etis dan emansipatori manusia karena teori yang berubah
menjadi ideologi atau mitos akan memutlakkan kebenaran - kebenaran ideologis serta menolak
pemikiran - pemikiran kritis. Teori semacam itu potensial menjadi pembatas gerak bagi kelestarian
kehidupan. Teori arsitektur meskipun berkembang di dalam sejarah arsitektur, dialektika teori – praksis,
dan di dalam kritikisme, sebenarnya menjadi bagian dari sejarah perkembangan ilmu - ilmu. Teori
2
dalam arsitektur perlu selalu diinteraksikan dengan teori dalam bidang - bidang ilmu lain, sehingga
memiliki kekuatan yang makin efektif sebagai sarana emansipatoris. (ydp.251200)
PENDAHULUAN
Arsitektur berkembang tidak di dalam ruang hampa, melainkan ada di dalam konteks kehidupan
masyarakat. Seperti pada ilmu – ilmu lain, keadaannya selalu berkaitan dengan dinamika kehidupan
masyarakat. Hal itu berarti terdapat hubungan timbal balik antara arsitektur dengan kehidupan
masyarakat. Arsitektur dipengaruhi oleh kehidupan masyarakat, demikian pula sebaliknya. Dengan
demikian, arsitektur kadang menjadi obyek dan kadang juga menjadi subyek dalam konteks hubungan
timbal balik itu. Sebagai subyek, seringkali arsitektur memiliki peran menentukan perubahan
masyarakat, melalui karakteristik obyek – obyek arsitektur yang muncul, baik berupa bangunan,
maupun tata ruang luar pada berbagai tingkat keadaan (skala).
Arsitektur dalam konteks perubahan masyarakat : mungkinkah perubahan sosial masyarakat
melalui partisipasi arsitektur ? Menurut Victor Papanek (1984), perancang menghadapi dilema etikal
yakni antara profit dan tanggung jawab sosial (38), sedangkan desain & desainer harus memiliki
kontribusi dalam kehidupan nyata manusia dan sosial (39). Hal itu menunjukkan bahwa peran
perancang (arsitek) berada di dalam ketegangan diantara dua kutub, yakni kutub ideal dan kutub
kehidupan nyata.
Menurut, Evans, Powell & Talbot (1982), perancang (arsitek) adalah agen perubahan (3) dan
erancang harus memikirkan dampak jangka panjang rancangannya pada kehidupan manusia (3). Juga
dikatakan bahwa desain dalam konteks sosial hendaknya bukan hanya suatu ungkapan diri,
seyogyanya melayani masyarakat (6). Dengan demikian, hakekat desain harus diubah ke arah plural
view (interdiciplinary approach).
Permasalahannya : bahwa tujuan perubahan masyarakat adalah menuju masyarakat yang
sempurna, bebas dari penindasan, pembelengguan, keterbelakangan, maka desain seharusnya
mengandung maksud emansipatoris (ide dasar Marx, 1867). Pertanyaannya adalah (1) Bagaimana
landasan rasional desain yang bertujuan emansipatoris ? (2) Paradigma atau teori arsitektur manakah
yang memadai sebagai landasannya ?.
Teori Kritis versi Juergen Habermas dapat dipertimbangkan menjadi alternatif untuk membangun
kesadaran baru berarsitektur.Teori positivistik menceriterakan keadaan secara apa adanya,
merumuskan realitas obyektif (“bebas nilai”). Teori positivistik sebagai landasan aksi akan menghasilkan
kenyataan obyektif lama muncul dalam konteks baru (status quo). Teori positivistik bersifat ideologis
dan apabila menjadi landasan aksi akan menciptakan dilema usaha manusia rasional yang terjebak
irasionalitas.